Minggu, 18 April 2010

SEUNTAI MAKNA CINTA (Revisi)

oleh ULFATUL M

Langit terlihat semakin cerah,kabut pagi mulai pudar,dan mentari mulai pancarkan sinarnya.Sepasang mata indah terus memandang ke ufuk timur.Dengan butiran-butiran tasbih yang berputar pelan,bibir tipis yang berbisik dzikir,dan sebuah Al-Qur’an yang diapit jari-jari mungil di tangan kirinya.

Naya namanya.Lengkapnya Naya Zulaikhah,gadis cantik berkulit putih,bermata indah,hidung yang tak terlalu mancung,dan bibir yang tipis.Ia tinggal di sebuah penjara suci Assalafi,sebuah pesantren yang merupakan pondok besar di Brebes.Ya,itulah penjara yang selalu membuat hatinya tentram dan damai.Tujuh tahun terasa sekejap baginya.Dan baru satu tahun lalu ia tamat aliyah (setingkat MA/SMA).

Dibukanya Al-Qur’an itu,dideresnya juz bagian awal.Kalimah demi kalimah ia rangkai,dan ayat demi ayat ia lantunkan.Namun tak berapa lama bibir mungil itu berhenti.Hatinya resah.Janji dan kenangan dimasa lalu kembali menghantuinya.Mata lentiknya memandang langit biru,masih teringat jelas kenangan itu,lima tahun lalu.Kala ia duduk di kelas IX MTs Assalafi Brebes.

’’Anak Assalafi... ?’’Sebuah suara yang mengagetkan Naya.Ia menoleh sumber suara itu.Seorang laki-laki tampan berseragam putih abu-abu.
’’Iya...’’Jawabnya dengan senyum,manis sekali.Bis terus melaju.
’’Kelas berapa?’’
’’Kelas IX,kak.....’’membaca bet nama laki-laki itu.
’’Hasan,...’’potong laki-laki itu.Naya tersipu.
’’Kak Hasan sendiri?’’
’’Aku anak Assalafi juga,di MAK-nya’’
’’Kelas berapa?’’
’’Kelas XII,kamu setiap hari naik bis kalau mau berangkat?’’
’’Sebsnarnta saya mondok,tapi lagi pengen di rumah dulu’’
’’Di Assalafi?’’
‘’Iya.’’ ‘’ Kak Hasan setiap hari naik bis?’’
‘’Sebenarnya aku juga mondok di sana,tapi lagi pengen di rumah,sama seperti kamu.’’ ‘’Naya Zulaikhah,nama kamu bagus ya...,’’
Naya tersenyum.Tak berapa lama bis yang mereka naiki berhenti.Merekapun turun.

‘’Naya...!’’Seru sobat-sobat Naya yang sengaja menunggunya.
’’Hai...!’’Balas Naya.’’Aku duluan ya kak,asssalamualaikum...’’Nya berlalu meninggalkan Hasan.
’’Waalaikum salam,’’jawab Hasan.’’Subhanallah...,Naya,nama yang cantik secantik orangnya.’’gumam Hasan tanpa sadar.
’’Woi...assalamualaikum bos...!’’kaget Amir dari belakang.
’’Astaghfirullah Amir.....,waalaikum salam,hobi ya kamu suka ngagetin orang!’’
’’Maaf...,pagi-pagi udah ngelamun sih,ke kelas yuk...!’’
’’Untung nggak lari jantungku Mir,kalau sampai lari aku suruh ngejar kamu,’’gerutu Hasan sambil berjalan.
’’He...he...he...,kan udah minta maaf,makanya pagi-pagi jangan ngelamun,untung yang nyambet aku,kalau yang nyambet setan lewat bagaimana?’’
Mereka terus berjalan menuju kelas.Tak berapa lama bel berbunyi. Bertanda pelajaran akan segera dimulai.

# # #

Empat jam berlalu tanpa pelajaran.Hampir semua kelas gaduh.Tak biasanya seperti ini.
’’Pengumuman,karena bapak dan ibu guru akan rapat,maka anak-anak bisa belajar di rumah,’’sebuah pengumuman melalui pengeras suara tersebut seketika membuat sekolah menjadi semakin gaduh. Hasan beranjak dari tempat duduknya.

’’San,kapan kamu balik ke pondok?’’tanya Amir,sobat Hasan di kelas dan di pondok.
’’Belum tau,aku masih pengen di rumah’’
’’Jangan lama-lama di rumah,pondok sepi nggak ada kamu’’
Hasan tersenyum,ditepuknya bahu Amir.Sampai di gerbang merekapun berpisah.
’’Aku duluan San,hati-hati di jalan,sampaikan salamku untuk ayah ibumu di rumah,’’ucap Amir sebelum berlalu.
’’Insya Allah,’’jawab Hasan.
Terlihat di seberang jalan Naya berdiri menunggu bis.Hasanpun menghampirinya.
’’Hai Nay...,’’Sapa Hasan.
’’Hai juga kak,’’jawab Naya.
’’Kapan kamu balik ke pondok?’’tanya Hasan
’’Belum tau kak,masih pengen di rumah,tapi mungkin satu minggu aku di rumah.’’
Tak berapa lama bis yang mereka tunggu lewat dan mereka naik. Semakin lama mereka semakin akrab.Ketika masih di rumah mereka selalu berangkat dan pulang bareng.Setelah balik ke pondokpun mereka juga masih akrab,bahkan semakin akrab. Tak jarang Naya meminta bantuan Hasan kala Naya butuh.

''Kak Hasan...!''seru Naya ketika bertemu Hasan di jalan.
''Iya Nay,ada apa?''
''Naya mau pinjam kamus bahasa arabnya kak Hasan,soalnya Naya ada tugas dan dikumpulkan besok.
''Oh...,ini''Menyodorkan kamus itu.
''Makasih ya kak...,insya Allah Naya kembalikan besok sepulang sekolah,
''Ya,terserah kamu.''

Begitulah mereka,tak jarang mereka bercanda dan pulang sekolah bareng.Hingga suatu hari benih-benih itu mulai tumbuh dihati mereka.Semaki hari rasa itu semakin bertambah dirasakannya,baik Naya atau pun Hasan.Semakin bertambahnya rasa itu mereka menjadi salah tingkah.Akhirnya rasa itu tak biza lagi Hasan pendam.Hasan mencoba tuk mengutaraka apa yang dia rasakan terhadap Naya.

''Nay...,''ucap Hasan membuka kebisuan.
''Kamu tau apa itu makna cinta Nay...?''
Naya tetap diam,kepalanya samakin menunduk.
''Aku merasakannya Nay,''
''selama ini aku tlah dihantui rasa itu .Rasa yang selalu membuat hatiku gelisah.Aku tak pernah bisa tidur.Rasa itu terus mendera hatiku.Aku mencoba tuk memendamnmya,namun hatiku terasa semakin gundah.Kucoba lagi menahannya,namun semakin lama rasa itu malah semakin sakit,membuatku menjadi semakin tersiknya.Aku telah mencari makna itu dalam bisik dzikirku,namun aku tak menemukannya.kucoba mencarinya dalam sholat malamku,namun tak kutemukan juga.kucari lagi dalam setiap rangkaian ayat al-qur'an yang kulantunkan namun tetap saja tidak ada.Namun akhirnya makna itu kutemukan Nay,dan makna itu kutemuka ada padamu....''

Naya terperanjak.Detak jantungnya terasa berhenti sejenak.Tak pernah ia duga,seorang Hasan memendam rasa padanya,seorang Hasan merasakan hal yang sama dengan apa yang ia rasakan.

''Kak,apakah kak Hasan yakin makna itu ada pada saya?''
''Nay,aku tak pernah rasakan ini seumur hidupku,baru kali ini Nay..''
''Berikan aku waktu kak,untuk mencari makna itu'pada hari,dan saat yang sama aku akan mengatakannya,''
''Kan selalu kutunggu kepastian itu Nay,''

Naya berlalu.Akhirnya satu minggu kemudian kepastian itu datang.

''Kak,...''ucap Naya membuka kesunyian.
Hati Hasan terus bergejolak.
''Aku menemukan makna itu dalam hatiku kak...''
''Naya...,kamu...''
''iya kak,..''

Kedua insan itu pun merasa indahnya dunia kala makna cinta yang mereka cari telah menyatu.Makna itu terus bertahan meski mereka telah berpisah,terbentang jarak.Namun semua itu tak meretakkan kukuhnya cinta mereka.Tujuh tahun sudah usia makna cinta itu bertahan.Hingga badai perpisahah itu datang,meretakkan dua hati insan yang telah menunggu makna itu tuk menyatu selamanya.Satu demi satu lamaran telah Naya tolak,hati Naya mulai resah.Hasan yang ia tunggu,beberapa bulan ini tak memberi kabar.Sudah tujuh orang laki-laki tak Naya hiraukan.

''Nay,mau sampai kapan kamu menunggu Hasan,ingat Nay sudah tujuh orang yang kamu tolak,kamu juga harus berfikir mau sampai kapan kamu begini,ya kalau dia menunggumu,tapi kalau dia sudah menemukan orang lain bagaimna?''ucap ibu menyarankanku,kala maz Fatir melamarku.Aku terdiam,hatiku terus bergejolak,apa yang ibu katakan memang benar. Aku terus berfikir yang tidak-tidak,mungkih kak Hasan sudah menemukan perempuan lain untuk menjadi pendampingnya.Akhirnya lamaran mas Fatir kuterima.Namun betapa hancurnya hatiku ketika sebulan setelah lamaran itu,kak Hasan pulang dan menemuiku.

''Nay,makna itu masih kugenggam erat Nay,untukmu,''ucap kak Hasan.
Air mataku mulai menetes.
''Nay,kamu menangis Nay...?''ia mulai tak mengerti
Air mataku semakin deras mengalir.
''Ada apa Nay,kenapa kamu menangis?
''Kak,aku telah dilamar laki-laki lain kak,aku sudah mencoba menunggu,bahkan aku kan tetap menunggu kakak,tapi ibu yang membujukku kak,ibu kira kakak sudah menemukan perempun lain...,karena kakak sudah tidak pernah lagi memmberi tau kabar kakak.'' terangku dengan terisak.
''Astaghfirullahal'adzim........''ucap kak Hasan mendengar penjelasan Naya.

Sesaat suasana berubah menjadi hening,mereka terdiam.

''Nay,berarti makna cinta ini tak bisa lagi bersatu,kamu telah dimiliki orang lain, berikan makna itu pada calon suamimu Nay,kamu akan selamanya bersamanya,''
Naya tetap menangis.
''Aku bahagia Nay,pernah memiliki tulusnya cintamu,bahkan aku adalah orang pertama yang memiliki cintamu,walau tak selamanya.Semoga kamu bahagia Nay bersamanya, semoga dia mencintaimu melebihi cintaku padamu.Percayalah Nay,Allah mempunyai rencana yang lebih baik lebih indah dari yang kita rencanakan.Salamkan kepadanya dariku, dari orang yang pernah mencintaimu,Assalamu'alaikum...''Hasan beranjak meninggalkan Naya.

Semua suda terlanjur,makna cinta yang mereka jaga dan pertahankan telah berakhir.Semua itu Allahlah yang mengatur.Sekarang tak ada lagi makna cinta,yang punya hanya mereka berdua,yang sekarang sudah berakhir...

Rabu, 07 April 2010

Seuntai Makna Cinta

Langit terlihat semakin cerah,kabut pagi mulai pudar,dan menyari mulai pancarkan sinarnya.Sepasang mata indah terus memandang ke ufuk timur.Dengan butiran-butiran tasbih yang berputar pelan,bibir tipis yang berbisik dzikir,dan sebuah Al-Qur’an yang diapit jari-jari mungil di tangan kirinya.

Naya namanya.Lengkapnya Naya Zulaikhah,gadis cantik berkulit putih,bermata indah,hidung yang tak terlalu mancung,dan bibir yang tipis.Ia tinggal di sebuah penjara suci Assalafi,sebuah PONPES yang merupakan pondok besar di Brebes.Ya,itulah penjara yang selalu membuat hatinya tentram dan damai.Tujuh tahun terasa sekejap baginya.Dan baru satu tahun lalu ia tamat aliyah (setingkat MA/SMA).

Dibukanya Al-Qur’an itu,dideresnya juz bagian awal.Kalimah demi kalimah ia rangkai,dan ayat demi ayat ia lantunkan.Namun tak berapa lama bibir mungil ituberhenti.Hatinya resah.Janji dan kenangan dimasa lalu kembali menghantuinya.Mata lentiknya memandang langit biru,masih teringat jelas kenangan itu,lima tahun lalu.Kala ia duduk di kelas IX MTs Assalafi Brebes.

’’Anak Assalafi... ?’’Sebuah suara yang mengagetkan Naya.Ia menoleh sumber suara itu.Seorang laki-laki tampan berseragam putih abu-abu.
’’Iya...’’Jawabnya dengan senyum,manis sekali.Bis terus melaju.
’’Kelas berapa?’’
’’Kelas IX,kak.....’’membaca bet nama laki-laki itu.
’’Hasan,...’’potong laki-laki itu.Naya tersipu.
’’Kak Hasan sendiri?’’
’’Aku anak Assalafi juga,di MAK-nya’’
’’Kelas berapa?’’
’’Kelas XII,kamu setiap hari naik bis kalau mau berangkat?’’
’’Sebsnarnta saya mondok,tapi lagi pengen di rumah dulu’’
’’Di Assalafi?’’
‘’Iya.’’ ‘’ Kak Hasan setiap hari naik bis?’’
‘’Sebenarnya aku juga mondok di sana,tapi lagi pengen di rumah,sama seperti kamu.’’ ‘’Naya Zulaikhah,nama kamu bagus ya...,’’
Naya tersenyum.Tak berapa lama bis yang mereka naiki berhenti.Merekapun turun.

‘’Naya...!’’Seru sobat-sobat Naya yang sengaja menunggunya.
’’Hai...!’’Balas Naya.’’Aku duluan ya kak,asssalamualaikum...’’Nya berlalu meninggalkan Hasan.
’’Waalaikum salam,’’jawab Hasan.’’Subhanallah...,Naya,nama yang cantik secantik orangnya.’’gumam Hasan tanpa sadar.
’’Woi...assalamualaikum bos...!’’kaget Amir dari belakang.
’’Astaghfirullah Amir.....,waalaikum salam,hobi ya kamu suka ngagetin orang!’’
’’Maaf,pagi-pagi udah ngelamun sih,ke kelas yuk...!’’
’’Untung nggak lari jantungku Mir,kalau sampai lari aku suruh ngejar kamu,’’gerutu Hasan sambil berjalan.
’’He...he...he...,ya kan udah minta maaf,makanya pagi-pagi jangan ngelamun,untung yang nyambet aku,kalau yang nyambet setan lewat bagaimana?’’
Mereka terus berjalan menuju kelas.Tak berapa lama bel berbunyi. Bertanda pelajaran akan segera dimulai.

# # #

Empat jam berlalu tanpa pelajaran.Hampir semua kelas gaduh.Tak biasanya seperti ini.
’’Pengumuman,karena bapak dan ibu guru akan rapat,maka anak-anak bisa belajar di rumah,’’sebuah pengumuman melalui pengeras suara tersebut seketika membuat sekolah menjadi semakin gaduh. Hasan beranjak dari tempat duduknya.

’’San,kapan kamu balik ke pondok?’’tanya Amir,sobat Hasan di kelas dan di pondok.
’’Belum tau,aku masih pengen di rumah’’
’’Jangan lama-lama di rumah,pondok sepi nggak ada kamu’’
Hasan tersenyum,ditepuknya bahu Amir.Sampai di gerbang merekapun berpisah.
’’Aku duluan San,hati-hati di jalan,sampaikan salamku untuk ayah ibumu di rumah,’’ucap Amir sebelum berlalu.
’’Insya Allah,’’jawab Hasan.
Terlihat di seberang jalan Naya berdiri menunggu bis.Hasanpun menghampirinya.
’’Hai Nay...,’’Sapa Hasan.
’’Hai juga kak,’’jawab Naya.
’’Kapan kamu balik ke pondok?’’tanya Hasan
’’Belum tau kak,masih pengen di rumah,tapi mungkin satu minggu aku di rumah.’’
Tak berapa lama bis yang mereka tunggu lewat dan mereka naik. Semakin lama mereka semakin akrab.Ketika masih di rumah mereka selalu berangkat dan pulang bareng.Setelah balik ke pondokpun mereka juga masih akrab,bahkan semakin akrab.